🦐 Bacaan Tanduk Bahasa Jawa
Yuk pelajari sejumlah kosakata Bahasa Jawa dan artinya berikut ini! Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur terbanyak di Indonesia. Melansir mengutip Ethnologue, Bahasa Jawa jumlah penutur Bahasa Jawa mencapai 68,2 juta jiwa. Selain itu, keunikan Bahasa Jawa adalah memiliki dialek berbeda di setiap
Kali ini kita membahas tentang doa bahasa Jawa agar selamat dalam pertarungan warisan dari Ulama Nusantara. Diketahui bahwa Ulama Nusantara dulu memadukan doa bahasa Jawa dengan budaya Arab. Sehingga, doa bahasa Jawa pun tetap bernuansa Islami, termasuk untuk selamat dalam pertarungan atau medan perang.
Jikatidak bisa atau tidak lancar berbahasa arab, maka diperbolehkan dengan bahasa setempat, termasuk berbahasa Jawa. Bahkan ulama-ulama asal Persia, seperti Imam Ahmad, Imam Ghazali dan lain-lain, mempunyai 'aurod doa dengan bahasa Persia. Mengenai doa dengan bahasa daerah setempat ini, KH.
Ukaratanduk adalah kalimat aktif sementara ukara tanggap adalah kalimat pasif. Di dalam bahasa Jawa, ada yang disebut dengan ukara tanggap dan ukara tanduk , Adjarian. Kalau di dalam bahasa Indonesia, kita mengenal istilah kalimat aktif dan kalimat pasif. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan.
53Kata-Kata Bahasa Jawa dan Jawabannya yang Kocak, Obat Bosan untuk Menghibur Diri. Kamis, 30 September 2021 11:52 Reporter : Kurnia Azizah. Ilustrasi wayang kulit. ©Shutterstock. Kata-kata Bahasa Jawa kerap kali menarik untuk dilontarkan kala berkumpul dengan keluarga atau nongkrong bareng teman.
nIkvIw. Daftar isi1. Rimbag Tanduk2. Rimbag Tanggap3. Rimbag Bawa4. Sananta5. Tandang6. Sambawa7. Pakon8. Guna9. Adiguna10. Bawa – Wacaka11. Daya Wacaka12. Kriya – Wacaka / Karana Wacana13. Tembung Rangkep14. Tembung Jamboran15. Tembung WancahPembentukan kata dalam bahasa jawa disebut dengan rimbag. Rimbag dibentuk dengan memberi ater-ater awalan, akhiran panambang, maupun seselan pada kata dasar tembung lingga. Ada banyak cara atau jenis-jenis pembentukan kata rimbag dalam Bahasa Jawa. Berikut adalah jenis dan penjelasannya1. Rimbag TandukRimbag Tanduk adalah pembentukan kata aktif. Rimbag tanduk dibentuk dengaan menambahkan awalan atau ater-ater anuswara pada kata kerja dalam sebuah kalimat. Ater-ater anuswara terdiri dari m, ng, n, 3 jenis rimbag tanduk, yaitua. Tanduk Kriya WantahTanduk kriya wantah dibentuk dengan menambahkan ater-ater anuswara saja di depan kata kerja wasesa.Contohnya Aku mangan roti aku makan rotiIbu nyapu latar ibu menyapu halamanAdik njupuk buku adik mengambil bukub. Tanduk -i kriyaTanduk i kriya dibentuk dengan menambahkan ater-ater anuswara di depan kata kerja wasesa dan juga panambang akhiran –i di Rino njupuki kembang Rino mengambili bungaIbu ngresiki kamar ibu membersihkan kamarAku nyikati sepatu aku menyikati sepatuc. Tanduk -ke kriyaTanduk ke kriya dibentuk dengan menambahkan ater-ater anuswara di depan kata kerja wasesa dan juga panambang –ake di Rina njupukake klambi ing lemari Rina mengambilkan baju di lemariSinta nyapukake jogan ing umahku Sinta menyapukan lantai di rumahkuMas Bayu nukokake adik spidol Mas Bayu membelikan adik spidol2. Rimbag TanggapRimbag tanggap dalah pembentukan kata pasif. Rimbag tanggap dibentuk dengaan menambahkan awalan atau ater-ater tripurusa dak, ko, di pada kata kerja atau dengan memberikan seselan tanggap terbagi menjadi 6 jenis, yaitua. Tanggap utama purusa tiyang kapisanYaitu kata pasif yang subjeknya adalah orang pertama. Cara pembentukannya adalah dengan menambah awalan atau ater-ater “dak-“ pada kata kerja. Bisa juga dengan memberikan akhiran “i-“ atau “-ke” tergantung pada konteks adalahTanggap utama purusa wantah Rotine dakjaluk sairis Rotinnya aku minta seirisTanggap utama purusa i kriya rotine dakpangin nganti entek rotinya aku makani sampai habisTanggap utama purusa ke kriya klambine dak umbahake kabeh bajunya tak cucikan semuab. Tanggap madyama purusa tiyang kapindoYaitu kata pasif yang subjeknya adalah orang kedua. Cara pembentukannya adalah dengan menambah awalan atau ater-ater “kok-“ pada kata kerja. Bisa juga dengan memberikan akhiran “i-“ atau “-ke” tergantung pada konteks adalahTanggap madyama purusa wantah bukune apa wis kok jaluk? bukunya apa sudah kamu minta?Tanggap madyama purusa i kriya segane wis kok pangani nasinya sudah kamu makaniTanggap madyama purusa ke kriya adikmu kok gambarake apa?adikmu kamu gambarkan apa?c. Tanggap pratama purusa tiyang kateluYaitu kata pasif yang subjeknya adalah orang ketiga. Cara pembentukannya adalah dengan menambah awalan atau ater-ater “di-“ pada kata kerja. Bisa juga dengan memberikan akhiran “i-“ atau “-ke” tergantung pada konteks adalahTanggap pratama purusa wantah bukune dijaluk marang Mbak Ratna bukunya diminta sama Mbak RatnaTanggap pratama purusa i kriya iwake dipakani pelet ikannya diberi makan peletTanggap pratama purusa ke kriya iki digambarake mbakyuku ini digambarkan kakakkud. Tanggap kaYaitu kata pasif yang dibentuk dengan memberikan ater ater “ka-“ dan bisa juga dengan menambahkan akhiran atau panambang “-i” atau “-ake”.ContohnyaTanggap ka wantah segane wes kapangan bapak nasinya sudah dimakan bapak.Tanggap ka i kriya latare katanduran macem-macem kembang halamannya ditanami macam-macam bungaTanggap ka ke kriya catatane katulisake dening Rima suratnya dituliskan oleh Rimae. Tanggap naYaitu kata pasif yang dibentuk dengan memberikan seselan “-in-“ yang artinya di…ContohnyaTanggap na wantah nekere jinaluk dening adhine kelerengnya diminta adiknyaTanggap na i kriya bukune tinulisan catetan pelajaran bukunya ditulisi catatan pelajaranf. Tanggap TarungYaitu kata pasif yang dibentuk dengan kata kerja berulang yang artinya Tulung-tinulung tolong-menolong3. Rimbag BawaRimbag bawa adalah kata yang dibentuk dengan menambagkan ater-ater atau imbuhan “ké”, “a”, “ma”, “kuma”, “kapi”, dan seselan “um” pada kata bawa “ka”Dibentuk dengan menambahkan imbuhan “ka-“ atau “ke-“ .Contohnyabawa “ka” wantah kertase kacemplung ing banyu kertasnya tercelup ke dalam airbawa “ka” wisésana kopine kacemplungan cecek kopinya kemasukan cicakb. bawa “ha”dibentuk dengan memberikan awalan “a” atau “ma”contohnyaSimbak akalung emas Si Kakak punya kalung emasDeweke maguru ing sanggar tari dia berguru di sanggar taric. bawa “ma”Dibentuk dengan memberikan seselan “um”ContohnyaKlambine gumantung ing pemean Bajunya tergantung di jemurand. bawa “kuma”, “kami”, “kapi”Dibentuk dengan memberikan awalan “kuma” atau “kami” atau kapi” pada kata bawa “ma”Dibentuk dengan memberi seselan “um” pada kata tradisi iku wis dilakoni turun-temurun tradisi itu sudah dilakukan turun temurun4. SanantaYaitu kata kerja aktif tanduk yang diberi awalan dak-. Kalimat sananta memiliki arti dak wantah aku dak njaluk sepatu nang Pakdhe aku mau minta sepatu ke PakdheSantana dak “i” kriya aku dak njupuki sampah aku akan mengambili sampahSananta dak “ké” kriya aku dak nukokaké buku adhiku aku akan membelikan buku adikku5. TandangYaitu kata pasif tanggap yang dibentuk dengan memberikan awalan “dak-“ dan akhiran Tandang “é”, “ané”, dan “né”. Kalimat tandang juga memiliki arti dak wantah bukune dak jupuké dewe Bukunya akan kuambil sendiritandang “i” kriya bukunya dak jupukané mariki bukunya akan kuambili sebentar lagitandang “ké” kriya adhiku dak jupukné buku ing meja adikku akan kuambilkan buku di meja = arep dak SambawaTembung sambawa adalah kata yang memiliki arti sanajan seumpama atau pangarep-arep harapan. Kalimat sambawa dibagi menjadi 2, yaitu 1. Sambawa saking tandukYaitu kata sambawa yang dibentuk dari kalimat tanduk atau kalimat Mau nggawaa dhuwit ya, ben iso tuku buku iki Tadi harusnya membawa uang ya, biar bisa beli buku ini2. Sambawa saking tanggapYaitu kata sambawa yang dibentuk dari kalimat tanggap atau kalimat Kokgawaa klambine yo percuma, ora bakal dienggo Seumpana kamu bawa bajunya juga percuma, tidak bakal dipakaiCatatan Sambawa wantah diberi panambang akhiran “a”Sambawa “i” kriya panambang “i” berubah menjadi “ana”Sambawa “ké” kriya panambang “aké” berubah menjadi “na”7. PakonPakon adalah kata perintah. Kata pakon atau prentah bisa dibentuk dari kata tanduk aktif maupun kata tanggap pasif.1. Pakon tandukContohnya nggawaa klambi gawe salinan ya! bawalah baju untuk ganti ya!2. Pakon tanggap “ya”Contohnya klambine gawanen! bawalah bajunya!CatatanDi pakon tandukPakon tanduk Wantah, panambang atau akhirannya “a”Pakon tanduk “i” kriya, panambang “i” berubah menjadi “ana”Pakon tanduk “ké” kriya, panambang “aké” berubah menjadi “na”8. GunaGuna yaitu kata yang kata dasarnya mendapat akhiran “en” dan membentuk arti nandang mengalamiContohnya wis seminggu iki aku wudunen sudah seminggu ini aku bisulan.9. AdigunaAdiguna yaitu kata yang kata dasarnya mendapat awala “ke” da akhiran “en”. Kata adiguna memiliki arti berlebihan/ andane kedhuwuren, aku ora wani munggah tangganya terlalu tinggi, aku tidak berani naik10. Bawa – WacakaYaitu kata yang tembung lingga atau kata dasarnya mendapat awalan “ka” dan akhiran “an”. Kalimat bawa-wacaka membentuk kata benda maupun kata Aku arep budhal nang kalurahan aku mau pergi ke kelurahan11. Daya WacakaYaitu kata yang tembung lingganya mendapat awalan “pa” dan akhiran “an”. Kalimat daya wacaka membentuk kata tempat atau Ayo mene melu aku nang padusan ayo besok ikut aku ke pemandian12. Kriya – Wacaka / Karana WacanaYaitu kata yang tembung lingganya mendapat awalan “pe” atau awalan “pe” dan akhiran “an”Contohnya aku pingin dadi penulis aku ingin menjadi penulis13. Tembung RangkepTembung rangkep yaitu kata ulang. Dalam bahasa jawa ada 3 jenis kata ulang, yaitua. Dwilingga, yaitu kata ulang dimana semua kata dasarnya lingganya atasDwilingga wutuh buku-buku, bocah-bocahDwilingga salin swara ngarep corat-coretDwilingga salin swara kabèh modhang-mèdhèng, Dwipurwa, yaitu kata ulang yang diulang adalah awalnya jejaka, Dwiwasana, yaitu kata ulang yang diulang akhirannya cengèngèsan, Tembung JamboranTembung jamboran adalah dua kata dasar yang digabung menjadi jamboran terdiri dari1. Jamboran wutuh yang artinya setingkat, contohnya gedhé cilik, boya wutuh yang kata kedua menjadi keterangan untuk kata pertama. Contohnya kandhang jaran, jambu wutuh yang kata pertama menjadi keterangan untuk kata kedua. Contohnya brata yuda, wijaya Jamboran tugel atau dua kata yang disingkat. Contohnya dhekwur dari kata endek dan dhuwur15. Tembung WancahTembung wancah adalah kata yang disingkat. Tembung wancah terbagi menjadi 5 jenis, yaituNama orang kecil atau dewasa, contohnya Mulyana jadi Mul atau YanNama tempat, contohnya Yogyakarta jadi YogyaHitungan, contohnya siji, loro, telu jadi ji,ro,luKata krama yang disingkat menjadi madya krama, contohnya punika jadi nika Tembung jamboran Jamboran tugel, contohnya endhèk lemu menjadi dhèkmu.
Paramasastra yaiku ngelmu kang nyinau babagan penulisan, aksara, wanda sarta tataning tembung lan ukara ing basa Jawa. "Paramasastra yaitu ilmu yang mempelajari tentang penulisan, aksara, ejaan/ bacaan Jawa, serta tata bahasa dan kalimat dalam bahasa Jawa." 1. Aksara Aksara yaiku wujuding gambaraning swara. "Aksara yaitu wujud atau simbol dari sistem penulisan suara". Tuladha a, b, c, d, e, f, g, h.....tekan...z. 2. Wujuding Aksara a. Aksara menga utawa aksara urip huruf vokal, yaiku aksara kang wis mujudi wanda utawa wis kena dianggo nulis. "Aksara menga atau aksara urip huruf vokal, yaitu aksara yang sudah berwujud ejaan atau sudah dapat digunakan untuk menulis". Tuladha a, i, u, o, é, è, lan e. b. Aksara sigeg utawa aksara mati huruf konsonan, yaiku aksara kang durung kena kanggo mujudi gambaraning wanda yen durung karaketan aksara menga. Aksara sigeg atau aksara mati huruf konsonan, yaitu aksara yang belum dapat dikatakan berwujud ejaan jika belum mendapatkan tambahan aksara menga/ huruf vokal". Tuladha b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p,....lsp. 3. Wanda Wanda yaiku swara utawa kecap. "Wanda ejaan/ bacaan Jawa yaitu suara atau bacaan". Tuladha a, ku, ma, pan, tu, ru,.....lsp. 4. Wujuding Wanda a. Wanda menga, yaiku wanda kang awekasan aksara menga, lan lumrahe kena kaulur nganti sasuwe-suwene. "Wanda menga, yaitu wanda yang berakhiran aksara menga, dan biasanya dapat dieja panjang". Tuladha a, i, u ,o, é, è, e, la, mi, pu, do, re, lsp. b. Wanda sigeg, yaiku wanda kang awekasan aksara sigeg, lan lumrahe ucapane sigeg cekak, ora kena kaulur dawa. "Wanda sigeg, yaitu wanda yang berakhiran aksara sigeg, dan biasanya bacaannya sigeg pendek, tidak dapat dieja panjang". Tuladha plek, leg, byak, bud, top, bab,....lsp. 5. Tembung Tembung, yaiku kumpulaning wanda utawa uni kang wis mawa nduweni teges, kedadeyan saka sawanda utawa luwih. "Tembung, yaitu kumpulan ejaan atau bunyi yang sudah mengandung arti, berasal dari satu ejaan atau lebih". Tuladha leng, byur, sreng, bocah, pawon, sagara, nagara, pancasila,...lsp. 6. Jisining Tembung Miturut ahli tata bahasa tradhisional S. Padmosoekotjo dalam buku Paramasastra Jawa, jinising tembung kaperang ana 10 werna, yaiku; a. Tembung KriyaKata Kerja Kayata mangan, nyapu, nyukur, turu, ngobong, ngantem, mancing, nulis, nabok, lan sapanunggalane. b. Tembung Kaanan Kata Sifat Keadaan Kayata lemu, kuru, gedhe, cilik, bodho, pinter, kandel, tipis, dawa, lan sapanunggalane. c. Tembung Wilangan Kata Bilangan Kayata siji, loro, telu, akeh, sithik, kabeh, saperangan, separo lan sapanunggalane. d. Tembung Panggandheng Kata Sambung Kayata lan, karo, dene, amarga, jalaran, ewadene, sebab, lan sapanunggalane. e. Tembung Panguwuh/Panyeru Kata Seru Kayata lho, wah, e, adhuh, oh, ah, hem, astaga, lan sapanunggalane. f. Tembung Ancer-ancer Kata Depan Kayata ing, saka, menyang, dening, kanggo, marang lan sapanunggalane. g. Tembung Panyilah Kata Sandang Kayata si, sang, sri, yang, sang hyang, lan sapanunggalane. h. Tembung Katrangan Kata Keterangan Kayata rada, banget, lagi, arep, wis, kira-kira, lan sapanunggalane. i. Tembung Sesulih Kata Ganti Kayata aku, kowe, dheweke, iki, kuwi, kae, sing, ana, kang lan sapanunggalane. 7. Wujuding Tembung Miturut wujude utawa dhapure diperang dadi loro yaiku tembung lingga lan tembung andhahan. a. Tembung Lingga, yaiku tembung kang durung owah saka asale, utawa tembung kang isih wutuh. Tuladha omah, papan, siji, pangan, bocah, resik,..lsp. b. Tembung Andhahan, yaiku tembung kang wis owah saka asale, sarana dirimbag; diater-ateri; dipanambangi; diseseli; dicambor; karangkep; lan sapanunggalane. 9. Tegese Tembung Camboran Tembung camboran, yaiku tembung loro utawa luwih digandheng dadi siji lan nduweni teges siji. Manawa kapirid saka tegese tembung camboran nduweni teges telung warna, yaiku; a. Teges aran; semarmendhem, nagasari,...lsp. b. Teges kriya; dok-kur, suduk-jiwa,....lsp. c. Tembung kaanan; peteng dhedhet, dhe-gus,...lsp. 10. Ater-Ater Ater-ater, yaiku wuwuhan kang dumunung ana sangareping lingga. Wujuding ana 18 warna, yaiku; dak, ko, di, ka, ke, sa, pa, pi, pra, pri, tar, kuma, kami, kapi, am, an, any, ang. 11. Panambang Panambang, yaiku wuwuhan kang dumunung ana saburining lingga. Cacahe ana 11 warna, yaiku; ku, mu, e, ne, a, i, ana, an, na, en, ake. 12. Seselan Seselan, yaiku wuwuhan kang dumunung ana ing satengahing lingga. Cacahe ana 4, yaiku; in, um, er, el. 13. Rimbag Rimbag yaiku ngowahi tembung saka asale. Umpamane sarana kacambor, karangkep ngarepe, utawa burine, diater-ateri, dipanambangi, lsp. Miturut wujude jinise, rimbag bisa kabedakake ana 13 warna, yaiku a. Rimbag lingga andhahan b. Rimbag tanduk c. Rimbag tanggap d. Rimbag tandhang e. Rimbag sananta f. Rimbag Bawa g. Rimbag guna h. Rimbag adiguna i. Rimbag hagnya pakon j. Rimbag sambawa k. Rimbag dwi purwa, lingga, wasana l. Rimbag wisesana m. Rimbag wacaka 14. Ukara Ukara yaiku tembung utawa kumpulaning tembung kang mawa nduweni teges. Tuladha; aja!...emoh!...ayo! aku lagi sinau basa Jawa. pitikku mati mangan racun. pak guru maringi garapan murid-murid..lsp Baca juga Tembung Entar Lan Tegese dalam Bahasa Jawa Tembung Saroja dan Artinya Secara Lengkap Demikian ulasan tentang "Paramasastra Basa Jawa" yang dapat kami sajikan. Baca juga artikel seni sastra Jawa menarik lainnya hanya di situs
bacaan tanduk bahasa jawa